SABANG (BeritaTrans.com) – Setelah berlayar selama 36 jam melewati gelombang yang bisa mencapai 6 meter, kapal navigasi Antares tiba di perairan Pulau Ujung Raja.
Kapal harus jauh berhenti dari pulau tersebut. Mesin tetap hidup. Nakhoda harus siaga penuh. Tidak boleh letgo jangkar karena ombak besar berpotensi membenturkan kapal ke pulau.
Petugas Distrik Navigasi Sabang segera menurunkan sekoci. Petugas mekanik dan penjaga menara suar itu lalu memindahkan berbagai keperluan logistik dan teknik. Pelayaran kembali dimulai ke pulau dengan kembali melintasi ombak besar.
Ketika tiba, mereka harus segera menurunkan barang. Hanya satu petugas yang tidak turun, karena harus menjaga sekoci agar tak hanya ke Samudra Hindia.
Bukan sekali dua kali, sekoci terbalik dihantam ombak. Tak hanya penumpang, barang bawaan seperti drum berisi BBM menjadi berantakan. Akibatnya mereka harus bersusah payah mengambil barang – barang itu di tengah gelombang laut.
Setelah tiba di pantai amat landai, mereka harus bahu – membahu memanggul logistik dan barang – barang teknik. Perjalanan mulus belum usai. Mereka harus melintasi rawa. Harus berendam.
Kawasan Pulau Ujung Raja ini, termasuk rawa-rawanya, merupakan tempat tinggal binatang buas, antara lain beruang, anaconda dan ular phyton. Beberapa kali penjaga menara suar menemukan binatang buas tersebut.
“Setiap bulan sekali harus seperti itu ke Pulau Ujung Raja. Demikian juga tugas ke Pulau Rondo, yang hanya 2 jam berlayar dari Sabang. Lebih seram lagi. Petugas kami harus mendaki bukit batu sepanjang sekitar 200 meter setelah turun dari sekoci. Seperti halnya di Ujung Raja, di Pulau Rondo juga sering berisiko sekoci terbalik,” ungkap Kepala Distrik Navigasi Sabang, Abd. Rahman, yang pernah empat tahun menjadi penjaga menara suar.
Karena menjalani tugas semacam itu harus dilakukan dua bulan sekali maka petugas navigasi sudah menganggap biasa. “Happy happy saja. Perasaan takut sih pasti ada. Hanya saja kami ikhlas menjalani,” ungkap Rahman kepada BeritaTrans.com dan tabloid BeritaTrans, Rabu (16/3/2016).
Untuk kru kapal dan menaik sarana bantu navigasi pelayatan (SBNP) bahkan harus sebulan sekali berlayar untuk mengecek, merawat dan memperbaiki SBNP. “Kalau ada yang rusak, maka bisa pelayaran menjadi lebih sering lagi,” tutur Rahman, yang juga pernah menjadi kru kapal navigasi.
Tugas yang dilakoni dengan ikhlas tersebut, dia mengutarakan semakin membaja semangatnya seiringan dengan bimbingan dari Menteri Perhubungan, Dirjen Perhubungan Laut dan Direktur Kenavigasian.
“Apalagi kesejahteraan petugas menara suar dan kru kapal dinaikkan berlipat-lipat. Semakin semangatlah kami,” cetusnya. (aliy/awe).
The post Petugas Navigasi Sabang Naik Sekoci, Mendaki Bukit, Lalu Berjibaku Di Rawa Menuju Menara Suar appeared first on Berita Trans.