BALIKPAPAN (BeritaTrans.com) – Sejajar dengan Bandara Changi, Singapura, dan Bandara Incheon, Korea Selatan. Itulah target yang kini diusung pengelola Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan (SAMSS) Balikpapan. Proyek ambisius ini juga efek dari beroperasinya Bandara Samarinda Baru (BSB) awal tahun depan.
Terancam mengalami penurunan pendapatan, Angkasa Pura I Bandara Sepinggan pun putar otak. Demi mengejar target, bukan hanya menaikkan tarif passenger service charge (PSC) atau yang lebih dikenal dengan airport tax. Tapi juga menurunkan tarif tenant demi menggenjot pendapatan. General Manager Bandara SAMSS Pujiono menuturkan, memaksimalkan pendapatan dari non-aero seperti airport mall dan Angkasa Pura (AP) kargo tengah dijajaki.
Ia dan timnya terus berupaya memancing terjadinya transaksi ekonomi di bandara. Mulai dari merangkul tenant hingga membuat event. “Saya bekerja sama dengan pemerintah daerah, bagaimana mendatangkan orang ke Balikpapan sebanyak-banyaknya. Dengan harapan penumpang yang ada di bandara bisa mengeluarkan uangnya untuk berbelanja. Entah barang, oleh-oleh, atau makanan dari adanya airport mall,” ungkapnya seperti dikutip kaltim.prokal.co, kemarin.
Sejak berganti wajah pada 2014 lalu, bandara internasional di Jalan Marsma Iswahyudi Balikpapan itu memiliki gedung mewah lengkap dengan beragam fasilitasnya. Terdiri dari empat lantai, Bandara Internasional Sepinggan tak lagi sebatas terminal kedatangan dan terminal keberangkatan. Bahkan telah disiapkan area untuk mal dengan fasilitas tenant.
Tetapi kenyataannya, tidak mudah menghidupkan airport mall tersebut. Hal tersebut diakui Pujiono. Selama hampir tiga tahun beroperasi, upaya AP mendatangkan pemodal untuk mengisi tenant belum memberikan hasil maksimal. Dikarenakan, harga sewa yang dianggap terlalu mahal menjadi kendala utama. Keluhan itu muncul dari hasil polling customer service indicator yang dibeberkan pekan lalu.
“Dulu kami memasang harga tenant tinggi karena investasi bandara yang cukup besar. Namun, dulu tidak ada perkiraan kondisi ekonomi menurun seperti ini. Sehingga tarif yang sudah terlanjur dipasang itu terasa sangat mahal. Akhirnya membuat airport mall stuck,” sebutnya. Dia menyebut, harga sewa per tenant di Bandara Internasional Sepinggan mulai dari Rp 300 juta.
Pujiono mengatakan, agar bisa bertahan di tengah kondisi lesu saat ini, harga tenant akhirnya disesuaikan. “Jadi, yang penting tenant bisa masuk dulu agar airport mall hidup. Tetap ada nego (negosiasi) harga tapi bisa kami bicarakan nanti,” katanya. Salah satunya, sambung dia, dengan mulai beroperasinya Matahari Department Store pada 5 Oktober. “Mereka mencoba pasar di bandara ini,” imbuhnya.
Kehadiran pusat perbelanjaan tersebut memang belum sebanding dengan luas area komersial yang mencapai 33 ribu meter persegi. Potensi yang kini dijajaki adalah tenant dengan jenis usaha seperti food and beverage, retail, services, dan loyalty lounge.
Disinggung soal perpanjangan landasan pacu atau runway, Pujiono mengatakan belum ada pembicaraan ke arah sana. Manajemen PT Angkasa Pura I selaku pengelola bandara di kawasan tengah dan timur Indonesia belum memberikan sinyal setidaknya hingga 2017 mendatang. Alasannya, kondisi runway saat ini masih dapat memenuhi kebutuhan.
“Bandara Sepinggan sudah dapat melayani embarkasi haji yang juga berangkat dari sini. Jadi, kapasitas ini masih cukup, namun saya ikuti kesepakatan dari pejabat tinggi saja,” ujarnya. Kapasitas jumlah penumpang pun masih bisa diakomodasi. Dari kapasitas 15 juta penumpang, saat ini baru terisi 8 juta penumpang per tahun. Demikian juga traffic penerbangan, masih dianggap mencukupi. Saat ini, ada 93 penerbangan per hari di Bandara Internasional Sepinggan. Ia mengungkapkan, perpanjangan runway harus berdasarkan tujuan yang jelas.
“Misalnya apa ada rute terbaru. Embarkasi saja yang terbangnya paling jauh sudah bisa kami layani. Belum lagi nanti Bandara Samarinda Baru (BSB) akan hidup. Tapi, itu bisa kita bicarakan nanti karena saya masih menunggu kebijakan dari AP I,” pungkasnya.
Sebelumnya, Pujiono mengungkapkan, mulai tahun depan target penumpang ditargetkan mencapai 9 juta orang. Demikian juga dari sektor laba. Dari semula Rp 54 miliar menjadi Rp 70 miliar. Mengejar target tersebut bukanlah perkara mudah. Karena pihaknya pun menaikkan tarif airport tax sejak 1 Oktober sebagai upaya meningkatkan fasilitas dan jasa layanan penumpang bandara. Setidaknya ada 22 program yang kini tengah disiapkan pihaknya dalam peningkatan fasilitas ini. Beberapa di antaranya sudah terealisasi seperti airport cinema, reading corner, dan children playground.
Menurutnya, penambahan area bermain anak tersebut akan membuat penumpang lebih nyaman saat harus menunggu jadwal keberangkatan pesawat. Termasuk fasilitas untuk ibu menyusui yang akan terus ditingkatkan.
“Sudah ada program yang berjalan dan sedang proses. Jadi, kenaikan itu memang manfaatnya akan kembali ke penumpang. Kami berharap bisa terus berbenah diri. Mimpinya bisa seperti dengan Bandara Changi Singapura dan Bandara Incheon Korea Selatan,” jelasnya.
Pujiono mengungkapkan, sebenarnya keuntungan Angkasa Pura I khusus Bandara Internasional Sepinggan hanya Rp 54 miliar tahun ini. Sedangkan 2017, target dinaikkan Rp 70 miliar. Sehingga untuk menggenjot jumlah penumpang, Pujiono kerap berkomunikasi dengan airlines yang berpotensi membuka penerbangan internasional. Seperti dengan membuka rute Sepinggan-Kuala Lumpur (KL) kembali. Kenyataannya rute ini sudah lama vakum setelah AirAsia tak lagi beroperasi melayani rute ini. (lia).
The post Bandara Sepinggan Genjot Airport Mall & Kargo appeared first on Berita Trans.