JAKARTA (Beritatrans.com) – PT Pertamina (Persero) mengalami keuntungan dari selisih harga bahan bakar mimnyak (BBM) penugasan atau subsidi yang cukup besar. Paling tidak data itu terjadi sejak enam buan terahir di tahun 2016. Satu prestasi yang cukup membanggakan, karena bisnis BBM subsidi biasanya kebanyakan rugi.
Kondisi itu terjadi justru di tengah masih lemahnya harga minyak dunia saat itu dimana Pertamina mengalami keuntungan sebesar Rp8,3 triliun. “Dana tersebut bisa digunakan sebagai bantalan untuk tidak menaikan harga solar untuk jangka waktu tiga bulan ke depan,” kata Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan di Jakarta, Jumat (30/9/2016).
Menurut dia, berdasarkan perhitungan untuk tidak tiga bulan ke depan Pertamina akan mengalami kerugian akibat selisih harga solar sebesar Rp1.9 triliun, tapi dengan tidak di turunkannya harga premium untuk tiga bulan ke depan Pertamina ada keuntungan sebesar Rp700 miliar.
“Jika kita hitung semua, jelas Mamit, maka Pertamina akan mengalami kerugian untuk periode Oktober 2016 – Desember 2016 sebesar Rp1.2 triliun. Kerugian tersebut bisa di tambal dari keuntungan periode sebelumnya yang sebesar Rp8.3 triliun tersebut,” kilah Mamit.
Jadi secara bisnis Pertamina masih bisa bertahan dan masyarakat kita tidak bertambah lagi beban hidupnya. Bahwa keuntungan Pertamina pada periode sebelumnya bisa dimanfaatkan untuk periode tiga bulan kedepan.
Sebagai BUMN Migas, tambah Mamit, Pertamina bisa dan sanggup untuk menjalankan skenario ini dalam upaya menjaga dan mengendalikan perekonomian nasional serta mengurangi beban masyarakat.
Oleh karena itu, Pemerintah harus lebih bijak dalam mengambil setiap keputusan agar tidak memberatkan masyarakat. Harga BBM untuk Premium dan Solar subsidi alangkah bijaknya tidak dirubah demi kepentingan masyarakan luas. *(Mamit Setiawan/ Direktur Executive Energy Watch)
The post Mamit: Keuntungan Pertamina Seharusnya Untuk Tambal Kerugian Sektor Lain appeared first on Berita Trans.